Assalamualaikum Wr. Wb. Selamat datang di blog "بسم الله" Terima kasih Ya Allah atas rizki yang telah Engkau berikan.

Jumat, 25 Oktober 2013

Kisah Kaum Aad

"Aad" adalah nama bapa suatu suku yang hidup di jazirah Arab di suatu tempat bernama "Al-Ahqaf" terletak di utara Hadramaut antara Yaman dan Umman dan termasuk suku yang tertua sesudah kaum Nabi Nuh serta terkenal dengan kekuatan jasmani dalam bentuk tubuh-tubuh yang besar dan sasa. Mereka dikurniai oleh Allah tanah yang subur dengan sumber-sumber airnya yang mengalir dari segala penjuru sehinggakan memudahkan mereka bercucuk tanam untuk bhn makanan mrk. dan memperindah tempat tinggal mereka dengan kebun-kebun bunga yang indah-indah.
Berkat kurnia Tuhan itu mereka hidup menjadi makmur, sejahtera dan bahagia serta dalam waktu yang singkat mereka berkembang biak dan menjadi suku yang terbesar diantara suku-suku yang hidup di sekelilingnya.  Sebagaimana dengan kaum Nabi Nuh kaum Hud ialah suku Aad ini adalah penghidupan rohaninya tidak mengenal Allah Yang Maha Kuasa Pencipta alam semesta. Mereka membuat patung-patung yang diberi nama "Shamud" dan "Alhattar" dan itu yang disembah sebagai tuhan mereka yang menurut kepercayaan mereka dpt memberi kebahagiaan, kebaikan dan keuntungan serta dapat menolak kejahatan, kerugian dan segala musibah.
Ajaran dan agama Nabi Idris dan Nabi Nuh sudah tidak berbekas dalam hati, jiwa serta cara hidup mereka sehari-hari. Kenikmatan hidup yang mereka sedang tenggelam di dalamnya berkat tanah yang subur dan menghasilkan yang melimpah ruah menurut anggapan mereka adalah kurniaan dan pemberian kedua berhala mereka yang mereka sembah.
Karenanya mereka tidak putus-putus sujud kepada kedua berhala itu mensyukurinya sambil memohon perlindungannya dari segala bahaya dan mushibah berupa penyakit atau kekeringan.
Sebagai akibat dan buah dari aqidah yang sesat itu pergaulan hidup mereka menjadi dikuasai oleh tuntutan dan pimpinan Iblis, di mana nilai-nilai moral dan akhlak tidak menjadi dasar penimbangan atau kelakuan dan tindak-tanduk seseorang tetapi kebendaan dan kekuatan lahiriahlah yang menonjol sehingga timbul kerusuhan dan tindakan sewenang-wenang di dalam masyarakat di mana yang kuat menindas yang lemah yang besar memperkosa yang kecil dan yang berkuasa memeras yang di bawahnya.
Sifat-sifat sombong, congkak, iri-hati, dengki, hasut dan benci-membenci yang didorong oleh hawa nafsu merajalela dan menguasai penghidupan mereka sehingga tidak memberi tempat kepada sifat-sifat belas kasihan, sayang menyayang, jujur, amanat dan rendah hati. Demikianlah gambaran masyarakat suku Aad tatkala Allah mengutuskan Nabi Hud sebagai nabi dan rasul kepada mereka.
Nabi Hud Berdakwah Di Tengah-tengah Sukunya: Sudah menjadi sunnah Allah sejak diturunkannya Adam Ke bumi bahwa dari masa ke semasa jika hamba-hamba-Nya sudah berada dalam kehidupan yang sesat sudah jauh menyimpang dari ajaran-ajaran agama yang dibawa oleh Nabi-nabi-Nya diutuslah seorang Nabi atau Rasul yang bertugas untuk menyegarkan kembali ajaran-ajaran nabi-nabi yang sebelumnya mengembalikan masyarakat yang sudah tersesat ke jalanlurus dan benar dan mencuci bersih jiwa manusiadari segala tahayul dan syirik menggantinya dan mengisinya dengan iman tauhid dan aqidah yang sesuia dengan fitrah.   Demikianlah maka kepada suku Aad yang telah dimabukkan oleh kesejahteraan hidup dan kenikmatan duniawi sehingga tidak mengenalkan Tuhannya yang mengurniakan itu semua. Di utuskan kepada mereka Nabi Hud seorang drp suku mereka sendiri dari keluarga yang terpandang dan berpengaruh terkenal sejak kecilnya dengan kelakuan yang baik budi pekerti yang luhur dan sgt bijaksana dalam pergaulan dengan kawan-kawannya.
Nabi Hud memulai dakwahnya dengan menarik perhatian kaumnya suku Aad kepada tanda-tanda wujudnya Allah yang berupa alam sekeliling mereka dan bahawa Allahlah yang mencipta mereka semua dan mengurniakan mereka dengan segala kenikmatan hidup yang berupa tanah yang subur, air yang mengalir serta tubuh-tubuhan yang tegak dan kuat. Dialah yang seharusnya mereka sembah dan bukan patung-patung yang mereka perbuat sendiri. Mereka sebagai manusia adalah makhluk Tuhan paling mulia yang tidak sepatutnya merendahkan diri sujud menyembah batu-batu yang sewaktunya dpt mereka hancurkan sendiri dan memusnahkannya dari pandangan.
Di terangkan oleh Nabi Hud bahwa dia adalah pesuruh Allah yang diberi tugas untuk membawa mereka ke jalan yang benar beriman kepada Allah yang menciptakan mereka menghidup dan mematikan mereka memberi rezeki atau mencabutnya drp mereka. Ia tidak mengharapkan upah dan menuntut balas jasa atas usahanya memimpin dan menuntut mereka ke jalan yang benar.
Ia hanya menjalankan perintah Allah dan memperingatkan mereka bahawa jika mrk tetap menutup telinga dan mata mrk menghadapi ajakan dan dakwahnya mereka akan ditimpa azab dan dibinasakan oleh Allah sebagaimana terjadinya atas kaum Nuh yang mati binasa tenggelam dalam air bah akibat kecongkakan dan kesombongan mereka menolak ajaran dan dakwah Nabi Nuh seraya bertahan pada pendirian dan kepercayaan mereka kepada berhala dan patung-patung yang mereka sembah dan puja itu.
Bagi kaum Aad seruan dan dakwah Nabi Hud itu merupakan barang yang tidak pernah mrk dengar ataupun menduga. Mereka melihat bahawa ajaran yang dibawa oleh Nabi Hud itu akan mengubah sama sekali cara hidup mereka dan membongkar peraturan dan adat istiadat yang telah mereka kenal dan warisi dari nenek moyang mereka.
Mereka tercengang dan merasa hairan bahawa seorang dari suku mereka sendiri telah berani berusaha merombak tatacara hidup mereka dan menggantikan agama dan kepercayaan mereka dengan sesuatu yang baru yang mereka tidak kenal dan tidak dpt dimengertikan dan diterima oleh akal fikiran mereka. Dengan serta-merta ditolaklah oleh mereka dakwah Nabi Hud itu dengan berbagai alasan dan tuduhan kosong terhadap diri beliau serta ejekan-ejekan dan hinaan yang diterimanya dengan kepala dingin dan penuh kesabaran.
Berkatalah kaum Aad kepada Nabi Hud:"Wahai Hud! Ajaran dan agama apakah yang engkau hendak anjurkan kepada kami? Engkau ingin agar kami meninggalkan persembahan kami kepada tuhan-tuhan kami yang berkuasa ini dan menyembah tuhan mu yang tidak dpt kami jangkau dengan pancaindera kami dan tuhan yang menurut kata kamu tidak bersekutu. Cara persembahan yang kami lakukan ini ialah yang telah kami warisi dari nenek moyang kami dan tidak sesekali kami tidak akan meninggalkannya bahkan sebaliknya engkaulah yang seharusnya kembali kepada aturan nenek moyangmu dan jgn mencederai kepercayaan dan agama mereka dengan memebawa suatu agama baru yang tidak kenal oleh mereka dan tentu tidak akan direstuinya."
Wahai kaumku! jawab Nabi Hud,Sesungguhnya Tuhan yang aku serukan ini kepada kamu untuk menyembah-Nya walaupun kamu tidak dpt menjangkau-Nya dengan pancainderamu namun kamu dpt melihat dam merasakan wujudnya dalam diri kamu sendiri sebagai ciptaannya dan dalam alam semesta yang mengelilingimu beberapa langit dengan matahari bulan dan bintang-bintangnya bumi dengan gunung-ganangnya sungai tumbuh-tumbuhan dan binatang-binatang yang kesemuanya dpt bermanfaat bagi kamu sebagai manusia. Dan menjadi kamu dpt menikmati kehidupan yang sejahtera dan bahagia. Tuhan itulah yang harus kamu sembah dan menundukkan kepala kamu kepada-Nya.Tuhan Yang Maha Esa tiada bersekutu tidak beranak dan diperanakan yang walaupun kamu tidak dpt menjangkau-Nya dengan pancainderamu, Dia dekat drp kamu mengetahui segala gerak-geri dan tingkah lakumu mengetahui isi hati mu denyut jantungmu dan jalan fikiranmu. Tuhan itulah yang harus disembah oleh manusia dengan kepercayaan penuh kepada Keesaan-Nya dan kekuasaan-Nya dan bukan patung-patung yang kamu perbuat pahat dan ukir dengan tangan kamu sendiri kemudian kamu sembah sebagai tuhan padahal ia suatu barang yang pasif tidak dapat berbuat sesuatu yang menguntungkan atau merugikan kamu. Alangkah bodohnya dan dangkalnya fikiranmu jika kamu tetap mempertahankan agamamu yang sesat itu dan menolak ajaran dan agama yang telah diwahyukan kepadaku oleh Allah Tuhan Yang Maha Esa itu."
Wahai Hud! jawab kaumnya,"Gerangan apakah yang menjadikan engkau berpandangan dan berfikiran lain drp yang sudah menjadi pegangan hidup kami sejak dahulu kala dan menjadikan engkau meninggalkan agama nenek moyangmu sendiri bahkan sehingga engkau menghina dan merendahkan martabat tuhan-tuhan kami dan memperbodohkan kami dan menganggap kami berakal sempit dan berfikiran dangkal? Engkau mengaku bahwa engkau terpilih menjadi rasul pesuruh oleh Tuhanmu untuk membawa agama dan kepercayaan baru kepada kami dan mengajak kami keluar dari jalan yang sesat menurut pengakuanmu ke jalan yang benar dan lurus. Kami merasa hairan dan tidak dpt menerima oleh akal kami sendiri bahwa engkau telah dipilih menjadi pesuruh Tuhan. Apakah kelebihan kamu di atas seseorang drp kami , engkau tidak lebih tidak kurang adalah seorang manusia biasa seperti kami hidup makan minum dan tidur tiada bedanya dengan kami, mengapa engkau yang dipilih oleh Tuhanmu? Sungguh engkau menurut anggapan kami seorang pendusta besar atau mungkin engkau berfikiran tidak sihat terkena kutukan tuhan-tuhan kami yang selalu engkau eje hina dan cemuhkan.
"Wahai kaumku! jawab Nabi Hud, "aku bukanlah seorang pendusta dan fikiran ku tetap waras dan sihat tidak krg sesuatu pun dan ketahuilah bahwa patung-patungmu yang kamu pertuhankan itu tidak dpt mendatangkan sesuatu gangguan atau penyakit bagi bandaku atau fikiranku. Kamu kenal aku, sejak lama aku hidup di tengah-tengah kamu bahawa aku tidak pernah berdusta dan bercakap bohong dan sepanjang pergaulanku dengan kamu tidak pernah terlihat pd diriku tanda-tanda ketidak wajaran perlakuanku atau tanda-tanda yang meragukan kewarasan fikiranku dan kesempurnaan akalku.
Aku adalah benar pesuruh Allah yang diberi amanat untuk menyampaikan wahyu-Nya kepada hamba-hamba-Nya yang sudah tersesat kemasukan pengaruh ajaran Iblis dan sudah jauh menyimpang dari jalan yang benar yang diajar oleh nabi-nabi yang terdahulu karena Allah tidak akan membiarkan hamba-hamba-Nya terlalu lama terlantar dalam kesesatan dan hidup dalam kegelapan tanpa diutuskan seorang rasul yang menuntun mereka ke jalan yang benar dan penghidupan yang diredhai-Nya. Maka percayalah kamu kepada ku gunakanlah akal fikiran kamu berimanlah dan bersujudlah kepada Allah Tuhan seru sekalian alam Tuhan yang menciptakan kamu menciptakan langit dan bumi menurunkan hujan bagi menyuburkan tanah ladangmu, menumbuhkan tumbuh0tumbuhan bagi meneruskan hidupmu.
Bersembahlah kepada-Nya dan mohonlah ampun atas segala perbuatan salah dan tindakan sesatmu, agar Dia menambah rezekimu dan kemakmuran hidupmu dan terhindarlah kamu dari azab dunia sebagaimana yang telah dialami oleh kaum Nuh dan kelak azab di akhirat. Ketahiulah bahawa kamu akan dibangkitkan kembali kelak dari kubur kamu dan dimintai bertanggungjawab atas segala perbuatan kamu di dunia ini dan diberi ganjaran sesuai dengan amalanmu yang baik dan soleh mendpt ganjaran baik dan yang hina dan buruk akan diganjarkan dengan api neraka. Aku hanya menyampaikannya risalah Allah kepada kamu dan dengan ini telah memperingati kamu akan akibat yang akan menimpa kepada dirimu jika kamu tetap mengingkari kebenaran dakwahku.
"Kaum Aad menjawab: " Kami bertambah yakin dan tidak ragu lagi bahawa engkau telah mendpt kutukan tuhan-tuhan kami sehingga menyebabkan fikiran kamu kacau dan akalmu berubah menjadi sinting. Engkau telah mengucapkan kata-kata yang tidak masuk akal bahwa jika kami mengikuti agamamu, akan bertambah rezeki dan kemakmuran hidup kami dan bahawa kami akan dibangkitkan kembali dari kubur kami dan menerima segala ganjaran atas segala amalan kami.Adakah mungkin kami akan dibangkitkan kembali dari kubur kami setelah kami mati dan menjadi tulang-belulang. Dan apakah azab dan seksaan yang engkau selalu menakut-nakuti kami dan mengancamkannya kepada kami? Semua ini kami anggap kosong dan ancaman kosong belaka. Ketahuilah bahwa kami tidak akan menyerah kepadamu dan mengikuti ajaranmu karena bayangan azab dan seksa yang engkau bayang-bayangkannya kepada kami bahkan kami menentang kepadamu datangkanlah apa yang engkau janjikan dan ancamkan itu jika engkau betul-betul benar dalam kata-katamu dan bukan seorang pendusta.
"Baiklah! jawab Nabi Hud," Jika kamu meragukan kebenaran kata-kataku dan tetap berkeras kepala tidak menghiraukan dakwahku dan meninggalkan persembahanmu kepada berhala-berhala itu maka tunggulah saat tibanya pembalasan Tuhan di mana kamu tidak akan dpt melepaskan diri dari bencananya. Allah menjadi saksiku bahwa aku telah menyampaikan risalah-Nya dengan sepenuh tenagaku kepada mu dan akan tetap berusaha sepanjang hayat kandung bandaku memberi penerangan dan tuntunan kepada jalan yang baik yang telah digariskan oleh Allah bagi hamba-hamba-Nya."
Pembalasan Allah Atas Kaum Aad   Pembalasan Tuhan terhadap kaum Aad yang kafir dan tetap membangkang itu diturunkan dalam dua perinkat.Tahap pertama berupa kekeringan yang melanda ladang-ladang dan kebun-kebun mrk, sehingga menimbulkan kecemasan dan kegelisahan, kalau-kalau mereka tidak memperolehi hasil dari ladang-ladang dan kebun-kebunnya seperti biasanya.Dalam keadaan demikian Nabi Hud masih berusaha meyakinkan mereka bahawa kekeringan itu adalah suatu permulaan seksaan dari Allah yang dijanjikan dan bahwa Allah masih lagi memberi kesempatan kepada mereka untuk sedar akan kesesatan dan kekafiran mrk dan kembali beriman kepada Allah dengan meninggalkan persembahan mrk yang bathil kemudian bertaubat dan memohon ampun kepada Allah agar segera hujan turun kembali dengan lebatnya dan terhindar mrk dari bahaya kelaparan yang mengancam. Akan tetapi mereka tetap belum mahu percaya dan menganggap janji Nabi Hud itu adalah janji kosong belaka. Mereka bahkan pergi menghadap berhala-berhala mereka memohon perlindungan ari musibah yang mereka hadapi.
Tentangan mrk terhadap janji Allah yang diwahyukan kepada Nabi Hud segera mendapat jawapan dengan dtgnya pembalasan tahap kedua yang dimulai dengan terlihatnya gumpalan awan dan mega hitam yang tebal di atas mereka yang disambutnya dengan sorak-sorai gembira, karena dikiranya bahwa hujan akan segera turun membasahi ladang-ladang dan menyirami kebun-kebun mereka yang sedang mengalami kekeringan. Melihat sikap kaum Aad yang sedang bersuka ria itu berkatalah Nabi Hud dengan nada mengejek: "Mega hitam itu bukanlah mega hitam dan awam rahmat bagi kamu tetapi mega yang akan membawa kehancuran kamu sebagai pembalasan Allah yang telah ku janjikan dan kamu ternanti-nanti untuk membuktikan kebenaran kata-kataku yang selalu kamu sangkal dan kamu dusta.
Sejurus kemudian menjadi kenyataanlah apa yang diramalkan oleh Nabi Hud itu bahawa bukan hujan yang turun dari awan yang tebal itu tetapi angin taufan yang dahsyat dan kencang disertai bunyi gemuruh yang mencemaskan yang telah merusakkan bangunan-bangunan rumah dari dasarnya membawa berterbangan semua perabot-perabot dan milik harta benda dan melempar jauh binatang-binatang ternak. Keadaan kaum Aad menjadi panik mereka berlari kesana sini hilir mudik mencari perlindungan .Suami tidak tahu di mana isterinya berada dan ibu juga kehilangan anaknya sedang rumah-rumah menjadi sama rata dengan tanah. Bencana angin taufan itu berlangsung selama lapan hari tujuh malam sehingga sempat menyampuh bersih kaum Aad yang congkak itu dan menamatkan riwayatnya dalam keadaan yang menyedihkan itu untuk menjadi pengajaran dan ibrah bagi umat-umat yang akan datang.
Adapun Nabi Hud dan para sahabatnya yang beriman telah mendapat perlindungan Allah dari bencana yang menimpa kaumnya yang kacau bilau dan tenang seraya melihat keadaan kaumnya yang kacau bilau mendengar gemuruhnya angin dan bunyi pohon-pohon dan bangunan-bangunan yang berjatuhan serta teriakan dan tangisan orang yang meminta tolong dan mohon perlindungan. Setelah keadaan cuaca kembali tenang dan tanah " Al-Ahqaf " sudah menjadi sunyi senyap dari kaum Aad pergilah Nabi Hud meninggalkan tempatnya berhijrah ke Hadramaut, di mana ia tinggal menghabiskan sisa hidupnya sampai ia wafat dan dimakamkan di sana dimana hingga sekarang makamnya yang terletak di atas sebuah bukit di suatu tempat lebih kurang 50 km dari kota Siwun dikunjungi para penziarah yang datang beramai-ramai dari sekitar daerah itu, terutamanya dan bulan Syaaban pada setiap tahun.
Kisah Nabi Hud Dalam Al-Quran   Kisah Nabi Hud diceritakan oleh 68 ayat dalam 10 surah di antaranya surah Hud, ayat 50 hingga 60 , surah " Al-Mukminun " ayat 31 sehingga ayat 41 , surah " Al-Ahqaaf " ayat 21 sehingga ayat 26 dan surah " Al-Haaqqah " ayat 6 ,7 dan 8.
Pengajaran Dari Kisah Nabi Hud A.S.   Nabi Hud telah memberi contoh dan sistem yang baik yang patut ditiru dan diikuti oleh juru dakwah dan ahli penerangan agama.Beliau menghadapi kaumnya yang sombong dan keras kepala itu dengan penuh kesabaran, ketabahan dan kelapangan dada. Ia tidak sesekali membalas ejekan dan kata-kata kasar mereka dengan serupa tetapi menolaknya dengan kata-kata yang halus yang menunjukkan bahawa beliau dapat menguasai emosinya dan tidak sampai kehilangan akal atau kesabaran.   Nabi Hud tidak marah dan tidak gusar ketika kaumnya mengejek dengan menuduhnya telah menjadi gila dan sinting. Ia dengan lemah lembut menolak tuduhan dan ejekan itu dengan hanya mengata:"Aku tidak gila dan bahawa tuhan-tuhanmu yang kamu sembah tidak dapat menggangguku atau mengganggu fikiranku sedikit pun tetapi aku ini adalah rasul pesuruh Allah kepadamu dan betul-betul aku adalah seorang penasihat yang jujur bagimu menghendaki kebaikanmu dan kesejahteraan hidupmu dan agar kamu terhindar dan selamat dari azab dan seksaan Allah di dunia mahupun di akhirat."

Dalam berdialog dengan kaumnya.Nabi Hud selalu berusaha mengetok hati nurani mereka dan mengajak mereka berfikir secara rasional, menggunakan akal dan fikiran yang sihat dengan memberikan bukti-bukti yang dapat diterima oleh akal mereka tentang kebenaran dakwahnya dan kesesatan jalan mereka namun hidayah iu adalah dari Allah, Dia akan memberinya kepada siapa yang Dia kehendaki.

*berbagai sumber

Selasa, 22 Oktober 2013

Happy Birth Day ! TOSCAFENAL #14



Assalamualaikum TOSCAFENAL…. Sadar gak sih kita udah hampir satu tahun jadian? Hubungan kita udah lebih deket dari orang yang pacaran. Lebih asik dari orang yang maen dota di warnet. Lebih keras dari baja yang paling keras. Lebih erat dari molekul zat padat yang paling erat. Lebih halus dari energi yang paling halus. Lebih kuat dari gaya yang paling kuat. Sampai-sampai kita gak perlu membandingkannya dengang gaya yang ada di fisika seperti grafitasi, listrik, dll. Kalau tidak ada hal yang tak terlihat, maka tidak akan ada dunia, saya, kita, dan TOSCAFENAL. Buktinya apa? 26 Oktober dan Toscafenal tidak akan pernah lahir tanpa adanya sikap toleransi antara satu sama lain. Kita ga perlu berpikir banyak tentang lambang, karena dia hanyalah simbol. Yang terpenting dari itu semua adalah proses kebersamaan selama satu satahun yang dipenuhi dengan suka maupun duka.

 Kalau listrik diibaratkan seperti air yang mengalir dari tegangan tinggi ke tegangan rendah. Kita diibaratkan sebagai pembunuh. “Waaahh kacau lu baal, masa kita diibaratin pembunuh haha” protes anak TOSCA yang lagi di belakang,mojok,ketawa sendirian sambil twiteran. Iya, sahabat adalah pembunuh. Mereka adalah pembunuh kesepian dalam diri kita. Mereka juga pembajak, pembajak atas segala tingkah laku kita demi mempererat ke bersamaan. Mereka juga teroris, peneror semua hal yang mengganggu kita. Mereka juga penjudi, yang rela mempertaruhkan miliknya demi kita. Mereka juga pecandu, pecandu segala curahan hati kita setiap saat. Maka dari itu, mereka semua pantas untuk dipenjara. Mereka pantas dipenjara dalam hati kita untuk dikenang seumur hidup. Berlebihan gak sih? Atau ada yang ga setuju dengan semua pernyataan di atas? Atau ada yang berpikir bahwa itu semua omong kosong? Atau apa? Cuma temen-temen sendiri yang tahu jawabannya….

Kerbersamaan yang hampir satu tahun ini bukan berarti ga ada masalah. Setuju ga? Bukan berarti ga ada masa-masa sulit. Bukan berarti ga ada perselisihan. Bukan berarti ga ada perbedaan. Tapi percaya ga? Masalah dan perselisihan yang begitu bnyak masih bisa bikin kita asik bareng….dari joget” di bis pas ke ujung genteng…*hhehe dan bukti nyatanya….masih bisa bikin video harlem shake. Nyate dan makan bareng di asrama, itu semua bisa terjadi karena kita sudah mulai dewasa. Dewasa untuk menyelesaikan permasalahan yang ada. Kalo masing-masing orang terus menyimpan sikap egois yang tinggi, jangankan bisa seru-seruan bareng kayaknya nama TOSCAFENAL aja ga bakal jadi-jadi sampe sekranag. Jadikan semua moment yang ada sebagai sebuah pembelajaran kita agar menjadi pribadi yang lebih baik setiap harinya. Entah itu suka maupun duka, marah maupun seneng, remed maupun engga….tapi, ditengah-tengahnya ada sesuatu yang manis dan akan terukir indah di hati kita.

Kenapa kita pede banget sama kata-kata “Menantu Yang Baik adalah Lulusan Albayan”….karena kita yakin, kalau suatu saat nanti kita akan menjadi orang-orang hebat. Hebat dalam arti hebat zikirnya, hebat tilawahnya, hebat hafalannya, hebat shalatnya, hebat pendidikannya, hebat tahajudnya, hebat dhuhanya, hebat saum sunnahnya, dan hebat istrinya (pintar, kaya, solehah) kelak. amiinn

TOSCAFENAL itu kayak mobil. 14 orang “fenomenal” yang megang setir. 26 orang “hebat” yang nginjek gas. 10 orang “keren” yang nginjek rem. 12 orang “Luar Biasa” yang nginjek kopling. Dan 14 orang “cerdas” yang ngebenerin kalo mobil lagi ngadat. Ceritanya mobil ini akan menuju sebuah puncak yang sangat tinggi. Mobil ini gak akan menuju puncak tertinggi seperti Mahameru ataupun Monteverest. Tapi puncak ini lebih susah,capek,lelah, dan lebih tinggi yaitu puncak kesuksesan (dunia dan akhirat). Kalo aja salah satu fungsi mobil tidak bekerja, pasti mobil ini ga akan pernah sampai pada puncak impiannya. Itu berarti…..sukses bersama, kreatif bersama, dan berprestasi bersama jangan hanya dijadikan sebagai BIO Twitter aja. Tapi itu sebuah tekad dan ikrar yang harus kita ikat erat dalam hati dan pikiran.

Jika sahabat adalah tanah, maka aku terkubur di dalamnya…
Jika sahabat adalah pilar, akulah penyandar…
Jika sahabat adalah huruf, akulah kata yang terangkai olehnya…
Jika sahabat adalah bumi, akulah penghuni yang minta dilindungi…
Jika sahabat adalah pagi, akulah dingin penunggu hangat mentari…
Namun sahabat bukanlah jika…
Sahabat bukan pengandaian…
Sahabat bukan apa yang tertulis…
Sebab sahabat adalah kamu yang menjadi dirimu sendiri dan mampu memaknai sahabat sebagai sahabat…
Tak ada pengandaiaan dan segala kemungkinan akan mungkin terjadi…
Sahabat adalah aku dan kamu yang menjadikan sesuatu…
Dengan debat yang berakhir keindahan hebat…

Mungkin artikel sederhana ini gak akan cukup menggambarkan bagaimana kita. Kertas pun tak sanggup untuk menuliskan setiap kata-kata yang ada. Karena kita tak mampu digambarkan dengan sekumpulan kata yang penuh dengan keterbatasan. Kertas selalu punya ujung, sisi, sudut yang menandakan dia punya batas. Tapi kita adalah sekumpulan kekuatan dan energi kebersamaan yang tak terbatas dan tak berujung.

Inget ya…ga ada selekan lagi abis tanggal 26 Oktober, bahkan seharusnya detik ini juga. Saling mengingatkan dalam kebaikan. Belajar untuk menghargai perbedaan walaupun sulit tapi itulah yang akan menciptakan memori yang tak terlupakan. Selalu sabar dan ikhlas….karena kita setiap hari ketemu di rumah yang sama……Semangat! Man Jada Wa Jadda…Bismillah….Allahuakbar

Hilmi               : TOSCAFENAL…!!!!
Toscafenal       : We Are FENOMENAL…!!
Hilmi               : Takbirr..!!!
Toscafenal       : ALLAHUAKBAR..!!!


Wassalamualaikum Wr. Wb.

Minggu, 22 September 2013

Belajar Dari Seorang Biksu


Seorang biksu dengan pakaian dekil datang memohon sumbangan ke rumah seorang saudagar kaya. Saudagar kaya itu merasa sebal dengan penampilan si biksu dan mengusirnya pergi dengan kata-kata kasar.



Beberapa hari kemudian seorang biksu besar datang dengan jubah keagamaan yang mewah dan berkilauan, memohon sedekah ke saudagar kaya tersebut. Si saudagar kaya segera menyuruh anak buahnya untuk menyiapkan makanan (vegetarian tentunya) mewah untuk si biksu. Lalu ia mengajak si biksu untuk menikmati makanannya.



Si biksu menanggalkan jubah keagamaannya yang mewah, melipatnya dengan rapi dan meletakkannya di atas kursi meja makan. Katanya, 'kemarin aku datang dengan pakaian usang dan anda mengusirku. Hari ini aku datang dengan pakaian mewah, dan anda menjamuku. Tentunya makanan ini bukan untukku tapi untuk jubah ini'. Setelah berkata demikian si biksu tersebut berlalu, meninggalkan si saudagar yang kaget.



Lantas biksu itu menyimpulkan  :
"Kalau ternyata bukan diriku,
melainkan pakaianku yg dihormati,
mengapa aku mesti senang...???"



"& kalau ternyata bukan diriku,
melainkan apa yg kupakai yg dihina ,
mengapa aku mesti sedih...??"



Demikianlah manusia ,
lebih sering menghormati yg melekat pada diri orang,seperti 
- apa yg dipakai atau ~pakaian yg dipakai atau 
- kekayaan atau 
- jabatan seseorang,



BUKAN PRIBADI keberadaan orang itu sendiri  
Maka...
Jika engkau dihormati orang,
jangan merasa bangga ...
& kalau pun jika engkau tidak dihormati,
jangan merasa kecewa & bersedih,
sebab.... 
Engkau tetap sebuah harga yang tak ternilai yang Allah berikan.
Siapapun yg merendahkan kamu saat ini... Jangan membuat kamu Runtuh,
Bangkit & Tetap Teguh "Karena di balik kesulitan pasti ada kemudahan."
& Tetaplah Berpikir Positive !!



*Berbagai Sumber

Senin, 08 Juli 2013

Pendidikan? tak harus dapat dilihat..

Aku tidak dapat mempercayai mataku sepanjang waktu, karena aku harus belajar dari hal-hal yang tak dapat ditangkap oleh indera. Termasuk yang tak dapat dilihat oleh mata.

Suatu malam, ketika kita tertidur lelap, tubuh kita mulai berbicara, “Aku lelah memompa darahsepanjang hari untuk perut. Kenapa aku harus terus-menerus melakukannya? Harusnya, aku hanya bekerja untuk diriku sendiri.”

Ketika mendengar hal ini, perut menjawab, “Jaga bicaramu ! Aku mencerna makanan setiap hari untuk otak. Semua yang telah ku cerna, ku berikan padanya. Aku juga seharusnya bekerja hanya untuk diriku sendiri.”

Otak mendengar hal ini, lalu berkata, “Aku berpikir setiap hari apa yang harus ku berikan pada perut. Sadarkah kau betapa ia sangat mudah mengeluh? Jika ada yang seharusnya bekerja hanya untuk dirinya sendiri, maka itulah aku.”

Betapa bodohnya argumen-argumen itu?
Kenyataannya, tiap bagian tubuh bekerja untuk bagian lainnya. Bagaimana kita bisa mengetahuinya? dari pikiran kita. Karena pengetahuan berada di luar indera.

Jumat, 05 Juli 2013

The Islamic Future of Europe


Kata Bijak dari Dahlan Iskan...Inspirasi!

"Jika semua yang kita kehendaki terus kita miliki, daimana kita belajar ikhlas?"

"Jika semua yang kita impikan segera terwujud, dari mana kita belajar sabar?"

"Jika semua doa kita terus dikabulkan, darimana kita belajar ikhtiar?"

"Seseorang yang dekat dengan Allah, bukan berarti tidak ada air mata."

"Seseorang yang taat dengan Allah, bukan berarti tidak ada kekurangan."

"Seseorang yang tekun berdoa, bukan berarti tidak ada masa-masa sulit."

"Biarlah Allah yang berdaulat atas hidup kita, karena Allah tahu yang tepat untuk yang terbaik."

"Ketika usahamu dinilai tidak penting, maka saat itu kamu sedang belajar tentang keikhlasan."

"Ketika hatimu sedang terluka sangat dalam, maka saat itu kamu sedang belajar tentang memaafkan."

"Ketika kamu lelah dan kecewa, maka saat itu kamu sedang belajar tentang kesungguhan."

"Ketika kamu merasa sepi dan sendiri, maka saat itu kamu sedang belajar tentang ketangguhan."

"Ketika kamu harus membayar biaya yang seharusnya tidak kamu tanggung, maka saat itu kamu sedang belajar tentang kemurah-hatian."

"Tetap sabar, semangat, dan tersenyum. Karena kamu sedang menimba ilmu di Universitas Kehidupan. Allah menaruhmu di tempatmu yang sekarang bukan karena kebetulan."

"Orang hebat tidak dihasilkan dari kemudahan, kesenangan, dan kenyamanan. Mereka dibentuk melalui kesulitan, tantangan, dan air mata." 

Minggu, 19 Mei 2013

Best Friend Till Jannah

Putihku
Aku tidur di atas pasir dengan kedua telapak tangan yang menjadi penyangga. Saat itu, hanya tatapan kosong yang tercipta. Dan dia berhasil menghipnotisku atas keindahan yang dipancarkannya. Aku menikmati suara deburan ombak yang begitu merdu. Batu karang yang berada di sebelah kiri dan kanan seolah siap menahan deburan ombak yang datang setiap saat. Pasirpun tak ragu memberikan tapaknya atas apa yang aku pijak. Tapi, pasir tak dapat sepenuhnya memenuhi pijakanku karena setiap saat ombak menerpa dan menghapus semuanya. Pantai yang indah itu tak sanggup aku jelajahi sepenuhnya. Hanya bahagia, damai, dan tentram yang dapat aku rasakan. Sungguh tak terlukiskan karya tangan Allah yang begitu romantis ini.
Apakah kertasku akan seperti pantai itu ? yang hanya tertuliskan kebahagiaan, keindahan, kedamaian, dan penuh kenikmatan ? aku hanya berharap kertasku tak tertuliskan tinta kekecewaan, sakit, dan derita. Tapi aku tak dapat mengatur kehidupanku sendiri, ada zat yang lebih berhak mengatur segalanya. Zat itu adalah Allah SWT. Aku hanya seorang hamba dititipkan sepucuk surat amanah yang berisi perintah untuk selalu berikhtiar di jalan-NYA. Aku memutuskan untuk berhenti memikirkan hal itu dan kembali menikmati indahnya pantai.
Kriiiinnngggg…!
Bunyi jam beker berhasil membangunkan Jidan yang sedang berjelajah dalam indahnya bunga tidur. Jidan pun langsung melirik ke arah jam yang ada di samping kasur.
“Alhamdulillah masih jam setengah 4, masih bisa shalat lail.” ucap Jidan.
Tak sedikitpun tersirat dalam benak Jidan untuk menunda melaksanakan shalat yang tak pernah dilewatkan oleh Nabi Muhammad SAW. Menikmati kesendirian dan bermesraan dengan Sang Pencipta melalui dzikir, lantunan ayat suci, dan doa membuat Jidan tak henti-hentinya meneteskan air mata. Jidan yang sedang menikmati lezatnya ibadah membuatnya terbawa sampai dipenghujung sepertiga malam, menandakan bahwa tak lama lagi azan subuh akan dikumandangkan. Setelah azan dikumandangkan, Jidan segera menuju ke bawah dan segera menuju masjid untuk melaksanakan shalat subuh berjamaah.
“Bu, Jidan pergi ke masjid dulu ya, Assalamualaikum.” ucap Jidan kepada ibunya seraya meminta izin dengan nada cepat dan tergesa-gesa. Seakan tak ingin tertinggal satu rakaat pun.
“Iya hati-hati ya nak. Waalaikumsalam.” jawab ibu Jidan dengan nada lemah lembut dan penuh dengan senyum kebanggaan.
Itulah buah dari didikan kedua orang tua Jidan. Yang bisa dibilang sudah mendarah daging dalam dirinya. Tak sedikit ajaran agama yang ditanamkan di dalam diri Jidan. Kedua orang tua Jidan tak berharap penuh kepada kesuksesannya menggapai cita-cita, yang paling mereka dambakan hanyalah anak yang saleh. Dan satu kalimat yang selalu ada di hati ibu Jidan disaat-saat seperti ini adalah “Anaku penyejuk hatiku”. Tak lama kemudian Jidan datang dengan mengetuk pintu.
“Assalamualaikum..” salam Jidan.
“Waalaikumsalam wr.wb. Jidan”
“Bu, ayah kemana sih?” Jidan bertanya dengan sedikit bingung.
Hal pertama yang menjadi kebiasaan saat Jidan pulang dari mesjid adalah saat itu juga ayahnya sudah pergi kerja. Keinginan Jidan untuk bisa mengantarkan ayahnya pergi sampai gerbang rumah belum bisa tersampaikan.
“Kok ayah pergi kerjanya pagi banget bu ?” tanya Jidan dengan heran.
“Ayah kamu kan naik jabatan di kantornya, itu yang meyebabkan tanggung jawabnya semakin besar. Kalo kamu mau ketemu kan bisa malam nanti.” jelas ibu Jidan.
“Jidan ngerti kok, bagaimanapun ayah lakukan ini untuk kebaikan kita semua.”
“Nah, itu kamu ngerti. Ibu masak dulu ya untuk sarapan kamu pagi ini.” ucap ibu.
Inilah kebiasaan ibu Jidan, setelah subuh usai beliau bergegas menuju dapur untuk membuat sarapan. Ibu tahu hari ini Jidan harus pergi ke sekolah lebih pagi dari biasanya, karena hari ini adalah tahun ajaran semester baru. Belum selangkah ibu Jidan melangkah menuju dapur tiba-tiba ada tangan yang memegang lengan ibu Jidan.
“Engga perlu bu, Jidan bisa kok bikin sarapan sendiri.Lebih baik sekarang ibu siap-siap buka toko kan udah mau terang.” ucap Jidan dengan lemah lembut mencegah ibunya untuk membuat sarapan.
“Iya, makasih ya nak. Kalu begitu ibu siap-siap dulu ya.”
“Iya, sama-sama bu.”
Saat itu, Jidan segera menuju ke kamarnya. Teringat bahwa ia belum sempat menyiapkan segala perlengkapan sekolah yang harus dibawa hari ini seperti buku, kalkulator, alat tulis, dan masih banyak lagi. Setelah meyiapkan segala perlengkapan untuk sekolah, Jidan duduk di pinggir kasurnya dan sambil melihat jam.
“Alhamdulillah masih jam 05.15, masih bisa baca almatsurat.”
Hal kedua yang membuat Jidan beda banget sama pelajar lainnya. Dia tidak pernah menunggu waktu sekolah dengan tidur. Jidan selalu berusaha melakukan hal-hal posotif untuk mengawali harinya. Dan kegiatan yang tak pernah dilewatkannya selepas subuh adalah berdzikir dengan membaca al-matsurat. Setelah 10 menit Jidan membaca al-matsurat, ia pun bergegas menuju kamar mandi. Tak lama setelah itu, Jidan langsung menuju ke kamarnya dan segera memakai seragam hari Senin. Astagfirullah, belum bikin sarapan. Terpikir dalam otak Andi bahwa dia belum membuat sarapan dan segera menuju dapur saat itu juga.
“Bu, telor abis ya? tanya Jidan kepada ibunya sambil membuka pintu kulkas.
“Iya, ya sudah ibu beli dulu di warung sebentar ya nak.” jawab ibu sambil terburu-buru.
Lagi-lagi Jidan mencegah ibunya untuk pergi ke warung. Hal ketiga yang sangat Jidan tidak sukai adalah melihat ibunya bersusah payah untuknya.
“Ga usah bu, kan masih ada bahan makanan yang lain. Nah sekarang giliran Jidan yang masakin sarapan buat ibu hehe.” jawab Andi dengan sedikit menyeringai.
“Iya, makasih ya sayang.” jawab ibu
Jidan yang tidak mengetahui teknik memasak yang pada akhirnya hanya menggoreng tahu dan ikan saja. Berbekal sedikit malu dan tanpa ragu Jidan membawa makanan hasil kreasinya ke meja makan.
“Yaahh bu, maaf ya cuma bisa masak ini aja.” keluh Jidan yang sedikit kecewa atas apa yang ia masak.
“Jidan, apapun yang kamu masak insyaallah ibu akan makan kok.” Jawab ibu sambil sedikit menasehati Jidan.
Menikmati saat-saat kebersamaan bersama ibunya sangat dinikmati oleh Jidan. Walaupun ketidak lengkapan yang dirasakan Jidan tanpa ayahnya. Ia pun terhanyut dalam suasana meja makan yang penuh dengan canda dan tawa. Saat Jidan melihat jam tangan, ia pun tersedak karena kaget melihat waktu yang berjalan begitu cepat.
“Bu, Jidan pergi sekolah dulu ya. Assalamualaikum.” izin Jidan sambil berlari menuju pintu gerbang.
“Waalaikumsalam, hati-hati ya nak.”
Baru sampai ke pintu gerbang rumah, Jidan bahwa ada sesuatu yang ditinggalkannya. Dengan cepat Jidan berlari masuk ke dalam rumah.
“Astagfirullah, ada apa nak?” tanya ibu yang sedikit kaget melihat Jidan kembali ke rumah sambil berlari terengah-engah.
“Ada yang lupa bu….”
“Kamu nih, makasih ya sayang. Hati-hati ya, jangan ngebut” ibu mengucapkan terimakasih sambil terseyum manis kepada Jidan.
“Assalamualaikum bu.”
Hal keempat yang tidak pernah Jidan lewatkan sebelum ia pergi ke sekolah adalah cium tangan ibu, meluk ibu, cium pipi kanan, lalu kiri, hidung Jidan yang menyentuh hidung ibunya, dan diakhiri dengan mengucapkan salam. Kegiatan itu sudah Jidan lakukan semenjak masih kecil dan tak pernah satu hari pun dilewatkannya. Jidan melakukannya secara beurutan dan penuh dengan kasih sayang. Ia segera menuju ke sekolah menggunakan sepeda motor yang diberikan oleh almarhum kakeknya.
*
Dia? Siapa?
Saat Jidan tiba di sekolah, tak lama kemudian hujan turun begitu deras. Seakan tak mengucapkan permisi, air hujan yang deras itu membasahi sebagian seragam Jidan yang sedang menaruh motornya di tempat parkir dan segera berlari cepat menuju koridor sekolah. Andi pun memutuskan untuk menunggu sejenak. Disaat Jidan sedang menatap kosong, tiba-tiba ada hentakan tangan yang menepak bahunya.
“Assalamualaikum di …liburan antum kemana aja?” panggil Sultan yang sedikit mengagetkan Jidan.
“Waalaikumsalam Sultan Abdullah, antum ngagetin ane aje. Di rumah aja nih, bantu-bantu ibu di toko. Gimana keluarga antum di rumah sehat?”
“Alhamdulillah sehat, ….”
Sultan punya ribuan bahan obrolan untuk bisa berbincang lebih lama lagi dengan Jidan. Bisa dimaklumi rasa kangen Sultan kepada sahabatnya yang terputus selama 3 minggu akibat libur semester. Cerita Sultan direspon dengan beberapa kata dari Jidan…
Alhamdulillah…
Kenapa…
Kok bisa…
Iya…
Subahanallah…
Percakapan ditengah suasana dingin ditemani dengan hujan deras menambah kehangatan tersendiri bagi Jidan dan Sultan yang sudah bersahabat sejak 9 tahun yang lalu.
Kriinnggg….!
Suara bel sekolah yang berbunyi begitu keras memecah perbincangan Andi dan Sultan di koridor.
“Alhamdulillah, bel juga. Ga kerasa ya.” ucap Jidan.
“Iya, masuk kelas yuk!” ajak Sultan yang begitu semangat mengajak Jidan untuk masuk kelas.
“Tapii….”
Belum selesai Andi bicara saat itu juga Sultan menggiringnya menuju kelas.
Di Kelas
Jidan menduduki kelas 11 IPA 2, kelas luas dan kondusif yang dapat menampung 40 orang siswa. Suara canda dan tawa menciptakan suasana kelas yang ramai. Jidan sangat mencintai kelas ini, menurutnya kelas yang ia duduki sekarang sangat dewasa. Siswanya mengerti kapan mereka harus aktif, ramai, ribut, dan harus menyimak guru. Seperti sebuah ruangan yang sudah diatur dengan apik sedemikian rupa.
“Assalamualaikum Jidan..”
“Selamat pagi Jidan..”
Hampir semua teman Jidan mengucapkan salam kepadanya. Di kelasnya, Ia adalah sosok remaja yang sangat disegani. Sikap yang ramah, baik hati, santun, dan dermawan yang membuat teman-temannya merasa nyaman dan senang atas kehadirannya.
“Waalaikumsalam,..” jawab Jidan dengan ramah.
Jidan dan Sultan segera menuju kursi yang masih kososng di barisan tengah. Hal kelima yang tidak dilupakan Jidan adalah selalu duduk sebangku dengan Sultan. Semenjak kelas 1 SMP, mereka selalu duduk sebangku. Saat semua siswa sedang asik dengan obrolan mereka tiba-tiba….
“Selamat pagi anak-anak.”
Seorang guru datang tanpa permisi, merubah suasana kelas yang tadinya penuh dengan canda dan tawa menjadi sunyi. Saat itu semua siswa kembali ke tempat duduknya masing-masing dan siap untuk belajar.
“Selamat pagi bu.” serentak seluruh siswa menjawab salam Bu Anis.
Bu Anis adalah guru mata pelajaran fisika. Pembawaan yang lembut dan santai membuat Jidan dan teman-temannya dapat menerima pelajaran dengan baik.
“Anak-anak, sebelum kita memulai pelajaran ada hal yang harus ibu sampaikan. Alhamdulillah, di awal semester ini kita kedatangan seorang anggota kelas baru.” jelas Bu Anis.
Keramaian di dalam kelas kembali muncul setelah Bu Anis menerangkan mengenai kehadiran siswa baru. Suasana kelas berubah seketika seperti sebuah pengadilan yang penuh pro dan kontra. Ada yang senang dengan berita tersebut dan ada yang mengeluh seperti tanda tidak setuju.
“Shhhuuutttt, diam dulu semuanya.” peringat Bu Anis kepada siswa yangsedang ramai saat itu.
“Silahkan masuk nak !” Bu Anis mempersilahkan siswa tersebut masuk ke dalam kelas.
Saat itu semua mata siswa di kelas terkonsentrasi pada satu titik yaitu pintu kelas. Seakan menunggu seorang super star yang akan naik ke atas panggung. Jidan dan teman-temannya ingin mengetahui sosok siwa baru tersebut.
Deg…deg….deg…
Seorang siswa laki-laki yang berkulit kecoklatan masuk kelas. Pembawaanya yang ramah dan santun membuat seluruh siswa di kelas menatapnya.
“Assalamualaikum.”
“Waalaikumsalah.”
Seluruh penghuni di kelas menjawab salam siswa baru itu. Hanya senyum penuh ketulusan yang menghiasi wajahnya. Tak menunggu lama, Bu Anis mempersilakannya untuk memperkenalkan diri.
“Nama saya Fathan Al-Ghifari, antum bias panggil saya Fathan. Saya berasal dari Bandung. Alasan saya pindah ke Bogor karena kedua orang tua yang pindah tempat kerjanya.” Jelas Fathan dengan panjang lebar.
“Baik kalau begitu, kamu silakan duduk di kursi kosong.” Jawab Bu Anis mempersilakan Fathan duduk.
Fathan pun mengisi kursi yang kosong di samping Deni. Tak lama setelah itu pelajaran pun dimulai. Suasana serius dan fokus terhadap pelajaran yang disampaikan mulai tercipta. Pelajarang berlangsung begitu cepat sampai waktu istirahat tiba. Seluruh siswa di dalam kelas berbondong-bondong keluar kelas.
“Dan, shalat dhuha yuk!” ajak Sultan.
“Iya, duluan aja tan ane di kelas dulu sebentar.”
Setelah seluruh siswa pergi meninggalkan kelas, Jidan mendekat ke arah kursi yang ditempati Fathan dan langsung membuat sebuah percakapan yang seru.
“Assalamualaikum than.”
“Waalaikumsalam.” Jawab Fathan seraya memberi senyum ke arah Jidan.
“Salam kenal, nama ane Jidan.”
“Iya,…Jidan. Kita shalat dhuha yuk sekalian ane mau fotocopy kertas tugas.!” ajak Fathan.
sSeketika Jidan bingung, jarang sekali ada siswa yang baru masuk sangat cepat akrab dengan lingkungan barunya. Cara dia berbicara dan raut wajahnya membuat Jidan semakin penasaran dengan Fathan.
“Yuk.” Jawab Jidan.
Jidan dan Fathan pun keluar kelas berjalan menulusuri koridor sekolah menuju masjid yang ada di ujung sana. Saat sedang berjalan tiba-tiba ada seorang siswa yang membawa minuman berlari kencang menujur ke arah Fathan. Seketika minuman itu tumpah membasahi baju dan tugas yang digengamnya.
“Arggergghh, sorry ya gua ga sengaja.”
“Iya gapapa.” Jawab Fathan dengan ramah dan lagi-lagi menebar senyumnya.
Seakan tidak membuat sebuah kesalahan siswa itu berangsur pergi dan belum jauh dari kepergiannya, Fathan pun ikut berlari mengejar dan berhasil memegang tangannya.
“Tunggu dulu, ini uangnya saya ganti.”
“Tapi kak,?!” Jawab adik kelas itu.
Tanpa berpikir panjang siswa itu langsung menerima uang yang di beri Fatahn lalu pergi begitu saja. Jidan pun menghampirinya.
“Than,kok di kasih uang? Sudah jelas dia yang salah menabrak antum.” Tanya Jidan dengan nada sedikit bingung.
“Ane gak ingin melihat kesalahan dari diri orang lain. Ane berusaha menyikapi semua hal yang terjadi dari kaca mata orang lain. Apabila hal itu menyakitkiti perasaan kita, sangat mungkin hal itu dapat menyakitkiti perasaan orang lain. Kalu ane jadi dia, ane akan merasa kesal kenapa ada orang itu di saat ane berlari. Hanya rasa kesal kenapa minuman segar yang hendak akan diminum tumpah begitu saja dengan sia-sia. Maka dari itu ane mau menghilangkan perasaan itu semua.” Jelas Fathan dengan panjang lebar.
Tak ada satu kata pun yang terlontar dari mulut Jidan. Raut wajah yang menggambarkan rasa kagum dan syukur. Sampai hatinya berbisik `Alhamdulillah, bersyukur kini pada Mu Illahi teman yang dicari selama ini telah klu temui.`
*
Perpustakaan
Sudah 10 bulan Jidan dan Fathan saling mengenal satu sama lain. Semenjak kepergian Sultan ke Inggris, Jidan jadi semakin akrab dengan Fathan. Setiap ada tugas, Fathan tak segan-segan mengingatkan Jidan untuk mengerjakannya. Tak hanya saling mengingatkan dalam hal tugas tapijuga ibadah. Terkadang, Jidan dan Fathan berlomba-lomba dalam hal ibadah.
Hari ini langit begitu cerah. Fathan memberi pesan elektronik yang berisi `Assalamulaiakum dan, ane tunggu ya di perpustakaan sekolah. Ada beberapa tugas yang belum kita selesaikan. Wassalamualaikum.` Tiba-tiba Jidan yang sedang mengendarai sepeda motornya tiba di perpustakaan dan langsung masuk.
“Assalamualaikum, than!” salam Jidan seraya memanggil nama Fathan.
“Waalaikumsalam, waduh telat nih dan. Ane udah selesai lagi.” Jawab Fathan
“Astagfirullah, bener than?” Tanya Jidan dengan raut wajah yang penuh kehawatiran.
“Heheh, engga kok. Baru selesai satu tugas maksudnya. Hehe.” Jawab Fathan sambil bercanda.
“ Huh, dikirain udah selesai semua.”Jawab Jidan.
Jidan dan Fathan pun mengerjakan tugas dengan diskusi dan saling membantu agar tugas yang diberikan cepat selesai. Tak terasa tiga jam berlalu dengan begitu cepat. Sebelum mereka hendak meninggalkan perpustakaan, Jidan dan Fathan segera membereskan buku yang telah mereka gunakan. Karena merasa lelah, Jidan melemparkan buku kea rah rak. Tapi buku itu tidak tersimpan apik di tempatnya dan seketika langsung jatuh ke lantai. Tiba-tiba Fathan mengambil buku tersebut dan menaruh pada tempatnya.
“Kita akan dihargai apabila menghargai apa yang ada di sekitar kita. Tak akan pernah satu persen pun keberkahan yang kita dapat apabila tidak menghargai ilmu yang diberikan-Nya.”Ucap Fathan menginatkan Jidan.
Lagi-lagi Jidan dibuat tak berkutik atas kelakuannya. Nasihat yang diberika Fathan seperti sebuah azan. Allah tidak akan pernah bosan menginatkan hamba-hambanya untuk shalat. Begitu juga Fathan dia tidak pernah bosan mengingatkan suatu hal walaupun hal kecil.
“Syukron, sahabatku adalah orang yang tak pernah memuji ku. Tapi dia yang selalu mengingatkan perbuatanku.” Jawab Jidan dengan penuh kehangatan.
Air mata tak ragu untuk menunjukan kehadirannya. Air mata itu menerobos kelopak dari dua pasang mata yang saling berhadapan.
*
Air Mataku
Hari ini langit begitu cerah. Jidan pun segera masuk kekelas dengan memikul semangat menuntut ilmu yang begitu besar. Tapi ada hal berbeda yang dirasakan Jidan Hari ini. Dia tak melihat kehadiran Fathan. Jidan mengambil HPnya yang ada di saku celana untuk menelfon Fathan. Belum sempat membuka daftar kontak, layar home di HPnya menampilkan sebuah pesan baru yang masuk sekita jam 7 tepat.
Pesan itu berisi `Asslamaualaikum dan, afwan kayaknya hari ini ane sedikit telat. Di jalan macet banget sampai motor aja ga bias lewat. Oh ya, jangan lupa ya ada tugas yang harus dikumpulkan minggu depan. Ada matematika, ekonomi, fisika,kimia, dan biologi. Supaya ga numpuk, nanti sore antum bias ke rumah ane kan? Kita ngerjain bareng aja di sana. Wasaalamualaikum.`
Semua mata pelajaran Jidan ikuti dengan hati penuh hawatir dan gelisah. Ternyata Fathan tak hadir sampai waktu pelajaran selesai. Pelajaran pun berakhir tepat pukul 2. Tanpa berpikir panjang Jidan langsung pulang ke rumahnya untuk mengambil bahan tugas yang akan dikerjakan bersama Fathan. Kecepatan motor yang tinggi menemani Jidan yang sedang menuju ke rumah Fathan. Sesampai di rumah sahabatnya itu, ada banyak orang yang menghiasi rumah Fathan. Bendera kuning juga ikut menghiasi di setiap sudut rumah Fathan.
Raut wajah Jidan yang penuh kecemasan langsung memasuki rumah Fathan dengan tergesa-geas. Di depan rumah terlihat ibu Fathan yang sedang menangis. Jidan langsung menghampiri ibu Fathan.
“Ass..alamu ..sala ..kum bu, ada Fathan nya?” Tanya Jidan dengan nada terbata-bata.
“Walaikumsalam nak Jidan.” Jawab ibu Fathan yang diiringi isak tangis.
“Bu Fathan kemana?! Fathan mana bu!?” Tanya Jidan dengan hawatir dan mata yang sedikit berkaca-kaca.
“Fathan….Fath…”
“Fathan kenapa bu?! Cepat kasih tau saya!”
“Fathan meninggal nak Jidan. Ia kecelakaan motor sekita puku 10.” Jawab ibu Fathan yang diiringi tangis.
“Apa?! Meninggal?!” Tanya Jidan yang sangat terkejut.
Jidan pun tak dapat menahan air matanya. Ia langsung menerobos segerombolan orang yang ada di depan rumah. Setelah Jidan sampai di ruang tamu, di hadapannya terlihat jelas sebuah jasad terbaring lemah tak bernyawa yang diselimuti kain batik. Jidan langsung menghampiri jasad tersebut dan membuka penutup wajahnya. Kesedihan menenggelamkan Jidan saat ia sadar bahwa yang dilihatnya benar-benar sahabatnya`Fathan`. Jidan menggoncangkan jasad tersebut.
“T..ha….n.., ane ba..wa..tugas ya..ng mau kita kerj..ain nan.ti sore.” Ucap Jidan dengan tangisan seperti menggap bahwa Fathan masih hidup.
“Than..fATHANNN!.”Teriak Jidan dengan penuh kesedihan.
Jidan tak henti-hentinya menggoncangkan jasad Fathan.
“Udah nak, sudah….kalau dua-duanya saleh mudah bagi Allah untuk mempertemukan kalian di surga nanti.” Jawab ibu Fatahn.
Sore itu juga tanggal 20 Maret 2013 pukul 14.00 Fathan dimakamkan. Kepergian Fathan dalam hidup Jidan membuatnya terpukul. Saat semua orang sudah meninggalkan area pemakaman, satu kalimat yang keluar dari bibir Jidan saat itu adalah `Aku mencintaimu karena Allah sahabatku` dan ia selalu mengatakannya setiap kali mengunjungi makan Fathan.
*
Suatu hari ku kan pergi
Entah kemana arahnya
Ku harap engkau slalu mengingatnya
Disaat kita tersenyum bersama
Perpisahan yang akan terjadi
Bukanlah akhir dari segalanya
Kita pasti kan bertemu kembali
Untukl mengulang hari ini
Wahai sahabat
Ku merindukanmu
Ku harap kita bertemu kembali
Kenangan yang indah yang kita lalui
Tak akan pernah ku lupakan.