Seorang wanita dan pria legam menghampiri tubuh tak bernyawa. Di tengah pertempuran yang berkecamuk, mata wanita itu berbinar. Sesuai janji yang terpatri, ia titahkan pria legam membelah dada mayat tak berdaya itu. Hindun, nama wanita itu, kemudian memamah jantung si mayat.
Mayat yang terbelah itu adalah Hamzah bin Abdul Muthalib. Ia gugur dalam pertempuran di Uhud. Anak panah pria legam yang bernama Wahsyi, telah mengantarnya kembali kepada Ilahi.
Hamzah mendapat gelar 'singa Allah dan Rasul' atas keberaniannya membela Islam dan Muhammad, sang Nabi yang juga keponakannya. Umur Hamzah diperkirakan tak terpaut jauh dengan keponakannya itu. Mereka berdua merupakan teman sepermainan sejak kanak-kanak.
Tak heran jika Hamzah menjadi orang yang paling dekat dan mengenal secara mendalam kepribadian Muhammad. Keduanya memiliki hubungan yang sangat kuat. Meski demikian, sebagaimana Bani Muttalib lainnya, Hamzah memang tidak langsung menerima dan memeluk agama yang diwahyukan kepada Muhammad.
Walaupun dalam lubuk hatinya, ia tak bisa mengingkari keluhuran budi pembawa risalah tersebut. Meski demikian, ia tak memperlihatkan rasa tidak suka terhadap dakwah Muhammad, seperti yang dilakukan orang-orang Quraiys.
Bahkan ia selalu memberikan perlindungan terhadap diri Nabi Muhammad. Pada saat kaum kafir memperlihatkan kebencian yang kian meningkat, ia pun meningkatkan perlindungan kepada Muhammad. Beruntung, Hamzah ditakdirkan menjadi pria perkasa.
Hamzah memiliki fisik yang kuat. Ia pun terkenal sebagai penunggang kuda yang cekatan, ahli pedang, dan bela diri di seantero Makkah. Hamzah merupakan manusia padang pasir yang lebih suka menyendiri. Ia juga dikenal sebagai seorang pemburu rusa yang mumpuni.
Pada salah satu kisah perburuan rusa, Hamzah dikejutkan dengan suatu keributan. Ternyata, seekor singa telah memasuki kemahnya. Setelah menurunkan rusa yang baru saja di burunya, ia kemudian menghadapi singa itu seorang diri. Berbekal keahliannya, akhirnya, ia berhasil mengakhiri keganasan binatang buas tersebut.
Lalu ia pun menguliti singa tersebut, dan melemparkan kulitnya ke atas pelana kudanya. Orang-orang Makkah melihat kulit singa di pelana kuda Hamzah mafhum dengan keberanian dan kepiawaian Hamzah. Kegagahannya itu, membuat lawan-lawannya merasa gentar meski hanya mendengar namanya.
Bahkan ia berani melabrak petinggi Quraiys semacam Abu Jahal. Penyebabnya, Abu Jahal telah memperlakukan keponakannya, Muhammad, secara tak hormat.
Pada suatu hari, Abu Jahal berjalan melewati Rasulullah Muhammad ketika ia berada di Safa. Pada saat bertemu muka, ia pun mulai mencaci, memaki dan melampiaskan amarahnya kepada rasul. Meski demikian, Muhammad tidak menanggapi semua perilaku Abu Jahal.
Usai menumpahkan segala amarahnya, Abu Jahal bergegas bergabung dalam pertemuan petinggi Quraiys. Tanpa sepengetahuannya, tindakan Abu Jahal diketahui oleh seorang wanita, budak Jud'an bin Amir. Tak lama berselang terlihat Hamzah memasuki Makkah dengan busur di bahunya, usai berburu.
Rekan Abu Jahal melihat itu langsung bergegas untuk mengingatkan Abu Jahal bahwa Hamzah telah datang dari berburu dan khawatir akan mendengar perlakuan Abu Jahal terhadap keponakannya.
Menjadi kebiasaan Hamzah, setelah berburu ia pergi ke Baitullah untuk berthawaf, sebelum ia kembali ke keluarganya. Setelah melihat Hamzah, budak wanita Jud'an bin Amir menghampirinya dan mengisahkan apa yang dilakukan Abu Jahal kepada Rasulullah SAW.
Amarah menjalar ke seluruh tubuhnya setelah mendengarkan kisah wanita itu. Bergegas ia mencari Abu Jahal. Ia telah menetapkan niat untuk menghajar dan memberi pelajaran kepada Abu Jahal. Di Masjid yang tak jauh dari Ka'bah, ia melihat Abu Jahal.
Sesampainya di hadapan Abu Jahal, langsung saja Hamzah memukulkan busurnya ke kepala Abu Jahal. Darah segar pun mengucur. Tak hanya itu, ia pun memukul tubuh lawannya hingga babak belur dan tersungkur. Hamzah tetap berdiri gagah di hadapan petinggi Quraiys itu.
Di hadapan mereka ia menyatakan bahwa ia berada di pihak Muhammad. Hamzah pun kemudian memberikan kesaksian bahwa tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan-Nya. Pada saat Abu Jahal tersungkur, orang-orang dari suku Makhzumah ingin menolongnya. Namun dicegah Hamzah, mereka pun kembali duduk.
Para petinggi Quraiys saling pandang. Semula mereka akan menentang Hamzah atas perlakuannya terhadap Abu Jahal. Namun mereka pun rupanya takut dan akhirnya kembali duduk di masjid. Beberapa saat kemudian ia menendang debu ke arah muka para petinggi Quraiys itu, dan meninggalkan tempat itu.
Pembelaan dan pernyataan Hamzah, telah menyadarkan kafir Quraiys bahwa Hamzah yang gagah berani akan selalu membela Muhammad. Tak heran jika kemudian mereka mulai menimbang akibat ketika akan mengganggu nabi yang mulia itu. Abu Sufyan menyatakan bahwa Muhammad telah mendapatkan teman yang kuat dan sangat disegani.
Allah memperkuat agamanya dengan masuknya Hamzah ke dalam Islam. Ia berdiri tegar dan siap membela rasul. Sejak memeluk Islam ia mencurahkan segenap tenaga dan pikirannya untuk kemajuan Islam. Sehingga Rasulullah SAW memberinya gelar Asad Allah wa Asad Rasulih (Singa Allah dan Rasulnya).
Pada saat pasukan Muslim bertemu dengan pasukan Kafir Quraiys di Perang Badr, Hamzah betul-betul memperlihatkan keberanian dan kecakapan perang yang luar biasa. Banyak orang kafir Quraiys tumbang di tangannya. Bahkan ayah Hindun, seorang petinggi Quraiys mati di ujung pedangnya.
Pada Perang Badr, umat Islam mendapatkan kemenangan gemilang. Orang-orang kafir mundur dengan teratur. Tak heran jika kekalahan ini menumbuhkan dendan kesumat di dada mereka. Hamzah pun dianggap memiliki peran besar dalam kekalahan mereka.
Untuk membalas kekalahan, mereka kemudian terlibat dalam Perang Uhud. Selain nyawa Nabi yang menjadi incaran, Hamzah pun telah ditetapkan menjadi target sebagai tumbal kekalahan pasukan kafir pada Perang Badr.
Hindun yang ayahnya terbunuh oleh Hamzah menetapkan strategi. Ia memerintahkan seorang budak bernama Wahsyi yang mahir memanah, untuk membunuh Hamzah di medan perang. Dan menjanjikan kemerdekaan kepada budak tersebut.
Sesuai strategi, Wahsyi ternyata mampu menyarangkan anak panahnya di tubuh Hamzah. Dan Hamzah akhirnya syahid dalam medan pertempuran tersebut. Duka menyelimuti pasukan Muslim atas gugurnya Hamzah. Dan Muhammad pun tentunya sangat berduka, dengan gugurnya sahabat dan pamannya tercinta di tahun ketiga Hijriah.
sumber : sahabatrasul
Tidak ada komentar:
Posting Komentar